Di sini ada pembahasan yang sangat singkat. Saya wasiatkan kepada para hadirin, yang mayoritasnya anak muda, agar membiasakan diri sejak usia muda dan di awal perjalanan hidupnya untuk menetapkan wirid dari Al-Qur’an. Juga menetapkan wirid dari shalat. Hendaklah wirid tersebut dikhususkan pada malam hari. Karena Shalat Malam amat penting bagi penuntut ilmu. Sebab, Subhanallah! Shalat Malam termasuk sebesar-besar sebab yang membantu seseorang tetap teguh dalam agama. Shalat Malam termasuk faktor terbesar untuk menjaga keteguhan dalam beragama. Ia juga salah satu sarana terbesar bagi seseorang untuk merasa dekat dengan Allah Jalla wa ‘Ala.
Kalian tentu tahu riwayat dari seorang ulama Salaf yang berkata: “Di dunia ini ada surga, siapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan masuk surga akhirat.” Kenikmatan dunia yang paling agung ada dua: shalat dan ilmu. Sedangkan ilmu yang paling agung adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kenikmatan ibadah yang terbesar. Bahkan, ia juga merupakan kenikmatan dunia terbesar. Siapa yang dibukakan jalan untuk mengamalkan dua ibadah ini, maka dialah orang yang bahagia.
Oleh sebab itu, saya katakan kepada penuntut ilmu—terlebih selama ia masih muda— biasakan dirimu memiliki wirid ini. Saya tidak mengatakan, “Berlebih-lebihlah!” Juga tidak saya katakan, “Paksalah dirimu!” Karena Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullahu Ta’ala pernah berkata: “Aku berjuang melatih diriku untuk Shalat Malam selama dua puluh tahun, hingga akhirnya aku menikmatinya selama dua puluh tahun.” Maksudnya, ini adalah latihan. Seseorang harus melatih diri setahap demi setahap, hingga mencapai tingkat yang diinginkan. Maka, latihlah dirimu dari sisi waktu pelaksanaannya dan jumlah rakaatnya. Ini berkaitan dengan Shalat Malam. Lalu, shalat di siang hari juga harus kamu beri porsi.
Kalian telah ketahui sendiri, saya sebelumnya sempat menyebut tentang Shalat Dhuha. Dalam mazhab Hambali terdapat dua pendapat mengenai Shalat Dhuha. Pendapat yang masyhur menyatakan: Shalat Dhuha disunnahkan secara mutlak. Namun, lebih utama jika dilakukan selang-seling. Artinya, terkadang dikerjakan, terkadang ditinggalkan. Karena Aisyah menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengerjakan shalat ini. Penafian Aisyah radhiyallahu ‘anha ini paling tidak dapat diartikan terkadang shalat ini ditinggalkan. Pendapat kedua—yang dipilih Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah, dan didukung oleh riwayat dalam Musnad Imam Ahmad— menyatakan bahwa Shalat Dhuha hanya disunnahkan bagi orang yang tidak mengerjakan Shalat Malam, yaitu Shalat Witir. Dalam Al-Musnad terdapat riwayat yang mendukung hal ini, dalam beberapa redaksi hadis. Bahwa Shalat Dhuha ini bisa menjadi ganti atas Shalat Witir. Maka, jika suatu hari kamu terlewatkan dari Shalat Witir, atau memang kebiasaanmu tidak mengerjakan Shalat Witir, maka janganlah melewatkan Shalat Dhuha.
=====
وَهُنَا مَسْأَلَةٌ قَصِيرَةٌ جِدًّا أُوْصِي الْحَاضِرِينَ أَغْلَبُهُمْ مِنَ الشَّبَابِ أَنْ يُعَوِّدَ نَفْسَهُ فِي صِغَرِ سِنِّهِ وَحَدَاثَةِ أَمْرِهِ عَلَى أَنْ يَجْعَلَ لَهُ وِرْدًا مِنَ الْقُرْآنِ وَأَنْ يَجْعَلَ لَهُ وِرْدًا مِنَ الصَّلَاةِ وَلْيَكُنْ ذَلِكَ الْوِرْدُ فِي اللَّيْلِ خَاصَّةً فَإِنَّ صَلَاةَ اللَّيْلِ خَاصَّةً مُهِمَّةٌ لِطَالِبِ الْعِلْمِ فَإِنَّهَا سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ مِنْ أَعْظَمِ الْأَسْبَابِ عَلَى الثَّبَاتِ فِي الدِّيْنِ صَلَاةُ اللَّيْلِ هَذِهِ مِنَ الْأَسْبَابِ الْعَظِيمَةِ عَلَى الثَّبَاتِ فِي الدِّيْنِ وَهِيَ مِنْ أَعْظَمِ مَا يَأْنَسُ بِهِ الْمَرْءُ بِرَبِّه جَلَّ وَعَلَا
وَتَعْلَمُونَ مَا جَاءَ فِي بَعْضِ الْأَخْبَارِ عَنْ بَعْضِ السَّلَفِ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ فِي الدُّنْيَا جَنَّةً مَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا لَمْ يَدْخُلْ جَنَّةَ الْآخِرَةِ أَعْظَمُ لَذَائِذِ الدُّنْيَا أَمْرَانِ الصَّلَاةُ وَالْعِلْمُ وَأَعْظَمُ الْعِلْمِ الْقُرْآنُ هَذِهِ أَعْظَمُ لَذَائِذِ الْعِبَادَاتِ بَلْ هِيَ أَعْظَمُ لَذَائِذِ الدُّنْيَا فَمَنْ فُتِحَ عَلَيْهِ فِيهِمَا فَإِنَّهُ السَّعِيدُ
وَلِذَا أَنَا أَقُولُ لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَخَاصَّةً مَا دَامَ شَابًّا عَوِّدْ نَفْسَكَ عَلَى أَنْ تَجْعَلَ لَكَ وِرْدًا لَا أَقُولُ بَالِغْ وَلَا أَقُولُ شُدَّ عَلَى نَفْسِكَ فَإِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْمُبَارَكِ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى كَانَ يَقُولُ جَاهَدْتُ نَفْسِي فِي قِيَامِ اللَّيْلِ عِشْرِينَ سَنَةً فَارْتَاحَتْ عِشْرِينَ سَنَةً فَالْمَقْصُودُ مِنْ هَذِهِ الدُّرْبَةُ فَيَتَدَرَّبُ الْمَرْءُ دَرَجَةً فَدَرَجَةً حَتَّى يَصِلَ إِلَى مَا يَرْغَبُهُ وَلِذَلِكَ اجْعَلْ لِنَفْسِكَ دُرْبَةً فِي الْوَقْتِ وَاجْعَلْ لَكَ دُرْبَةً فِي الْعَدَدِ هَذَا قِيَامُ اللَّيْلِ صَلاَةُ النَّهَارِ كَذَلِكَ اجْعَلْ لَكَ حَظًّا
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ وَأَشَرْتُ قَبْلَ قَلِيْلٍ إِشَارَةً لِمَسْأَلَةِ صَلَاةِ الضُّحَى الضُّحَى فِيهَا رِوَايَتَانِ فِي الْمَذْهَبِ مَشْهُورُ الْمَذْهَبِ أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ صَلَاةُ الضُّحَى مُطْلَقًا لَكِنْ يُسْتَحَبُّ أَنْ تُصَلَّى غِبًّا يَعْنِي تُصَلَّى أَحْيَانًا وَتُتْرَكُ أَحْيَانًا لِأَنَّ عَائِشَةَ ذَكَرَتْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يُصَلِّيهَا وَنَفْيُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ مَحْمُولٌ عَلَى أَقَلِّ الْأَحْوَالِ عَلَى التَّرْكِ أَحْيَانًا وَالرِّوَايَةُ الثَّانِيَةُ وَهِيَ اخْتِيَارُ الشَّيْخِ تَقِيِّ الدِّيْنِ وَيَدُلُّ لَهَا رِوَايَةٌ عِنْدَ الْإِمَامِ أَحْمَدَ فِي الْمُسْنَدِ أَنَّ صَلَاةَ الضُّحَى إِنَّمَا تُسْتَحَبُّ لِمَنْ تَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ وَهُوَ الْوِتْرُ وَقَدْ جَاءَ فِي الْمُسْنَدِ مَا يَدُلُّ عَلَى ذَلِكَ فِي بَعْضِ أَلْفَاظِ الْحَدِيثِ فَإِنَّهَا تَكُونُ مُجْزِئَةً عَنِ الْوِتْرِ وَلِذَا فَإِنْ جَاءَكَ يَوْمٌ فَفَوَّتَّ الْوِتْرَ أَوْ كَانَتْ عَادَتُكَ تَفْوِيتُ الْوِتْرِ فَلَا تُفَوِّتْ صَلَاةَ الضُّحَى